Jamaah turun dengan wajah segar. Tidak ada keringat menetes di keningnya karena penyejuk di dalam bus pariwisata sekelas White Horse mampu menawar panas matahari siang meskipun perjalanan Makkah-Jeddah membutuhkan waktu satu jam.
Setelah tour di Masjid Terapung, mereka langsung ke Bandara King Abdul Azis tanpa transit semalam di Jeddah. Di bandara, menjelang dua hari terakhir, kesibukan masih tinggi. Masa kerja petugas pelayanan haji hanya 50 hari, tidak seperti tahun sebelumnya (76 hari).
Sementara jamaah hanya 25 hari di Saudi, delapan-10 hari di Madinah, delapan-10 di Makkah dan lima hari untuk rangkaian wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina.
Itulah kondisi pelayanan
haji 2013 yang sedang dirancang saat ini. Sejumlah pembaharuan sedang dibahas oleh Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) bersama Panitia Penyelenggara Ibadah Haji 2012.
Dirjen PHU Anggito Abimanyu meminta agar dilakukan sejumlah kajian pada penyelenggaraan dan pelayanan
ibadah haji 2012, bukan karena pelaksanaannya tidak baik, tetapi dia ingin penyempurnaan.
Dia mencatat tiga catatan utama yang perlu penyempurnaan. Ketiganya adalah peningkatan pelayanan penerbangan, pemondokan dan sejumlah akar masalah yang memerlukan perhatian.
Akar masalah yang memerlukan perhatian diantaranya rasionalisasi jumlah dan masa kerja petugas, masa tinggal jIbadaamaah, hotel transit di Jeddah, pembinaan ibadah bagi Kelompok Bimbingan h Haji, Penyelenggara Ibadah Haji Khusus, penetapan kuota lansia dan pengawasan lembaga.
Kementerian Agama akan memaksimalkan pembiayaan dan efektifitas pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji 2013 agar kualitas pelayanan dan masa angkut penumpang lebih baik.
Pelayanan penerbangan
Anggito ingin merasionalkan pembiayaan penerbangan yang saat ini mencakup 60 persen pembiayaan haji. Dia menilai selama ini perundingan dengan perusahaan penerbangan kurang rinci mengenai pembiayaan dan hak serta kewajiban masing-masing pihak.
"Tidak ada pencarian solusi yang di luar kotak permasalahan (out of the box) sementara pembiayaannya sangat besar," kata mantan dirjen di Kementerian Keuangan itu.
Terdapat sejumlah biaya yang menyangkut bahan bakar minyak, sewa pesawat, slot time dan lainnya. Dia menyoroti masalah sewa pesawat, sedangkan slot time dia minta agar stafnya mempertimbangkan untuk memadatkan jadwal penerbangan gelombang pertama seperti di gelombang kedua pemberangkatan.
Pada gelombang pertama pemberangkatan, jadwal penerbangan hanya tujuh hingga sembilan kelompok terbang sedangkan gelombang kedua bisa mencapai 17-19 penerbangan.
Pertanyaannya, mengapa gelombang pertama tidak dipadatkan saja sehingga sehinggga jamaah tidak perlu menunggu (bermukim) lama di tanah suci.
Apakah pengkajian tersebut akan membuka peluang tender terbuka bagi maskapai penerbangan? Anggito tidak menyatakannya secara terbuka. Dia mengatakan masih mengutamakan penerbangan nasional, khususnya PT(Persero) Garuda Indonesia .
Sesungguhnya. jika terdapat lima maskapai penerbangan maka masalah slot time dan daya angkut pesawat akan lebih besar lagi.
Harga tiket dan kualitas pelayanan tentu akan lebih baik, tidak terpaku pada penawaran dan pelayanan yang diberikan dua penerbangan saat ini, yakni Garuda dan Saudia.
Tidak ada lagi permasalahan tentang fasilitas zam-zam bagi jamaah seperti saat ini dimana Saudia memberi 10 liter bagi jamaah sedangkan Garuda hanya lima liter.
Permasalahan besaran pesawat (badan lebar dan tidak) hendaknya tidak mengorbankan hak jamaah untuk mendapat perlakuan yang sama.
Banyak hal bisa dilakukan untuk menekan biaya dan meningkatkan kualitas pelayanan penerbangan, termasuk menepati on time performance yang menjadi acuan kualitas pelayanan bagi maskapai penerbangan.
Hapus Hotel Transit
Anggito juga meminta agar stafnya mengkaji kemungkinan menghapus layanan hotel transit di Jeddah bagi jamaah Makkah yang akan pulang ke tanah air.
Pertanyaan mendasar adalah, apakah perlu jamaah yang dari Makkah yang akan kembali ke tanah air menginap satu malam (transit) di Jedddah, sementara teknologi komunikasi saat ini sudah canggih.
Selama ini semua yang pulang ke tanah air melalui Bandara King Abdul Azis Jeddah, terlebih dahulu menginap (transit) satu malam di kota pinggir laut merah itu.
Dampaknya, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menyediakan hotel transit untuk menginap bagi jamaah tersebut dengan biaya 100 riyal perorang.
Sementara, sewa hotel di Makkah dilakukan permusim, sehingga pembayaran dilakukan perpaket musim haji, sementara di Madinah sewa penginapan dilakukan perhari dan perorangan. Di Madinah, PPIH menyewa hotel, bukan gedung atau apartemen pemondokan seperti di Makkah.
Dengan sistem sewa permusim haji di Makkah maka tidak perlu ada tambahan biaya jika jamaah menginap satu hari lebih lama di Makkah, sebelum dipulangkan ke Jeddah.
Saat ini lebih dari 50 persen dari sekitar 211.000 anggota jamaah haji di Makkah pulang melalui Jeddah. Sisanya pulang melalui bandara di Madinah, dan sebagian lagi jamaah yang menginap di Madinah juga pulang melalui Jeddah.
Bagi mereka yang pulang dari Madinah lalu ke Jeddah, dinilai Anggito, layak menginap semalam di hotel transit dengan pertimbangan lama tempuh lima sampai enam jam.
Tahun ini, PPIH menyewa enam hotel transit, dibantu dengan empat hotel cadangan (back up) untuk menampung jamaah yang transit di Jeddah. Tahun 2011, PPIH menyewa 11 hotel transit untuk jamaah.
Bus Lebih Baik
Kemenag sudah hampir pada kesimpulan untuk menyewa bus kualifikasi lebih baik pada perusahaan tertentu untuk meningkatkan kualitas pelayanan transportasi pada 2013.
Anggito sudah berbicara dengan sejumlah perusahaan bus di Saudi untuk mendapatkan layanan yang lebih baik pada jamaah.
Konsekuensinya, akan terjadi penambahan biaya bus tetapi angkanya tidak sebesar perkiraan semula (100 riyal). Penambahan biaya tersebut akan dibicarakan dengan DPR pada pembahasan perencanaan dan pembiayaan haji 2013.
Terdapat sejumlah negara, diantaranya Iran, Turki dan Malaysia yang menyewa bus pada perusahaan tertentu, diantaranya pada perusahaan bus milik pemerintah Saudi, Saptco.
Selama ini, jamaah haji Indonesia menggunakan jasa bus yang dikoordinasikan Naqaba (konsorsium perusahaan bus Saudi). Konsekuensinya, kualitas bus yang digunakan jamaah berbeda-beda karena anggota konsorsium perusahaan bus mengoperasikan kualitas bus yang tidak sama.
Sejumlah perusahaan bus mengoperasikan bus kualitas pariwisata dengan penyimpanan koper di bawah badan bus, tetapi tidak sedikit perusahaan bus yang mengoperasikan bus model lama dengan penyimpanan koper di atas atap.
Dampaknya, jamaah haji Indonesia hanya bisa pasrah jika mendapat bus lama dan pada lain waktu mendapat bus baru.
Pada sebuah kejadian, koper jamaah dari Madinah ke Makkah tertinggal atau tidak terbawa bersama bus karena tempat penyimpanan kopernya kecil dan terbatas. Pada kejadian lain, sebuah bus terbakar berikut koper jamaah di atasnya.
Keluhan lain pada pelayanan bus adalah pada perilaku pengemudi yang membawa mobil ugal-ugalan, zig-zag atau berhenti dan turun dari bus tanpa alasan jelas.
Sebagian pengemudi meminta uang tips (fee atau sedekah) kepada jamaah, jika tidak diberi atau jumlah yang diterima tidak sesuai harapan maka laju bus dibuat zig-zag, rem mendadak atau saling mendahului.
Pada kasus tabrakan beruntun empat bus yang mengakibatkan 17 jamaah mendapat perawatan dan belasan lainnya luka ringan, bermula dari supir yang meminta uang tips pada jamaah, lalu agaknya kurang puas dengan jumlah yang diterima, dua bus saling mendahului dan akhirnya tidak bisa mengelak dari truk di depan maka terjadi tabrakan beruntun empat dari delapan bus angota rombongan.
Masa Tinggal
Kemenag juga mengkaji kemungkinan pengurangan masa tinggal jamaah, khususnya yang lanjut usia dan masa kerja petugas pelayanan haji di Saudi.
Anggito menilai pengurangan masa tinggal jamaah lanjut usia diperlukan untuk menekan risiko selama mereka menjalankan ibadah haji.
Jamaah lanjut usia akan berangkat lebih lambat atau menjelang wukuf di Arafah dan pulang lebih dahulu. Tidak seperti saat ini, mereka pulang dan pergi mengikuti jadwal kelompok terbang sesuai nomer porsinya.
Tahun ini Kemenag menetapkan mendahulukan anggota jamaah haji usia 85 ke atas untuk berhaji tahun ini. Tahun depan belum ditentukan batas usia lanjut usia tersebut, apakah usia 70 tahun ke atas atau lebih muda lagi.
Penentuan batas usia tersebut terkait dengan jumlah jamaah yang mendaftar dan ketersediaan kuota. Sementara pengurangan jumlah dan masa kerja petugas pelayanan haji dikaitkan dengan beban kerja yang ada selama musim haji.
Dijelaskannya, beban kerja pelayanan haji meningkat menjelang dan beberapa hari sesudah wukuf di Arafah.
"Sedang dipertimbangkan apakah jumlah pekerja akan dikurangi pada masa tertentu, dimana musim haji masih lama dan akan ditambah saat menjelang dan beberapa hari sesudah wukuf dimana beban kerja meningkat," kata Anggito.
Dia meminta staf dan pimpinan petugas haji saat ini untuk mengkajinya agar bisa ditemukan proporsi ideal jumlah petugas dengan beban kerjanya.
Dia memberi contoh, petugas Media Center Haji (wartawan) apakah harus 76 hari karena pemberitaan dinilai sudah tidak menarik lagi menjelang penutupan pelayanan haji.
"Apakah wartawan cukup bekerja 10 hari menjelang wukuf di Arafah dan 10 hari setelah wukuf," ucapnya.
Pertanyaan yang muncul pada pemikiran ini, jika tidak ada lagi gelombang pertama dan kedua pada pemberangkatan dan pemulangan, dimana semua dipadatkan dan masa tinggal jamaah juga berkurang, maka masa kerja petugas otomatis juga akan berkurang.
Tidak ada lagi gelombang pertama yang relatif santai pada saat pemberangkatan dan masa santai di gelombang kedua saat pemulangan. Yang ada adalah pelayanan penuh dari awal pemberangkatan hingga akhir pemulangan. Mungkin masa kerja petugas hanya menjadi 50 hari, tidak 76 hari seperti tahun ini.
Itu semua tergantung pada hasil kajian Kemenag berdasarkan evaluasi pelaksanaan haji tahun ini. Tidak cukup dengan itu, perlu persetujuan dari DPR terkait perencanaan dan pembiayaan.
Instansi itu menargetkan penuntasan perencanaan haji 2013 pada Desember ini agar pembahasannya bisa dilakukan dengan DPR pada Januari tahun depan.
Bagaimana hasilnya, sangat tergantung pada pembahasan di gedung dewan yang terhormat itu. Jamaah ingin pelayanan yang terbaik karena
ibadah haji adalah hubungan makhluk dengan penciptaannya meskipun untuk itu harus melewati proses politik pada pelaksanaan pelayanannya.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Peningkatan dan Pembaruan Layanan Haji 2013
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://infotravelhaji-umroh.blogspot.com/2013/01/peningkatan-dan-pembaruan-layanan-haji.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
0 komentar:
Posting Komentar